Ketika Surga ‘memang seharusnya’ di bawah Telapak kaki ibu.. (bagian dua)

image924753028.jpgLanjutan dari tulisan sebelumnya: Part 1: Ketika Surga ‘Memang Seharusnya’ di Bawah Telapak kaki Ibu..

Kemarin ada temen yang menyampaikan pendapatnya, katanya itu semua terjadi karena memang sosok ibu lah yang telah mengandung kita selama 9 bln..sedang bapak cuman sponsornya.. Makanya surga adanya di bawah telapak kaki ibu.. Hehe..

Tapi ada benernya juga lho..
Coba klo saya, setiap bangun pagi diberi beban di perut, harus saya bawa terus kemanapun pergi dan apapun aktifitas saya..ngga boleh 1 detikpun lepas dari perut saya.. Dan Selama lebih dari 9 bulan..dan setiap paginya selalu ditambah bebannya.. Belum lagi dilihat dari sisi bentuk perutnya itu lho…. Wuuuuuuuiiiiih… Mualuuuu.. Pasti ngga sanggup aku..

Sementara, ibu.. Dengan ikhlas, membawa dan memelihara beban itu.. Bukan malu, bahkan malah bangga.. Walo satu atau dua ada yang masih ‘mempertahankan’ kebiasaan buruknya seperti merokok atau minum alkohol, tapi jutaan ibu lainnya, berupaya berhati2, ikhlas meninggalkan kebiasaan buruknya, takut berakibat negatif pada ‘barang bawaannya’.. Dan Setelah 9 bulan lebih, sudah saatnya ‘barang bawaan’ tersebut dapat dilepas dari perutnya.. Bukan dengan cara yg mudah.. Tapi harus mempertaruhkan nyawanya.. Dan bahkan cara termudahpun, operasi cesar pun tetap sangat menyakitkan..

Bukan dengan cara yg mudah..
Yaa, memang demikian adanya.. Aku ngeliat dengan mata kepala sendiri.. Bgini critanya, tahun 2002 tepatnya tgl 31 januari.. Aku berkesempatan nemenin itya melahirkan anisya.. Sebenarnya sumpah, aku ngga ada nyali untuk menemani istriku melahirkan.. Tapi karena sejak siang itya sudah kesakitan terus, dan waktu masuk ruangan bersalin dia panggil2 aku terus.. Maka, tidak ada jalan lain dan pilihan lain kecuali aku ikut masuk keruangan bersalin.. Nemenin itya melahirkan, daripada dibatin para suster saya penakut dan suami yang tidak bertanggung jawab..hiiiiiks..

Masya Allaaaaaaaaaah…
Allah telah mengijinkan aku melihat sebuah ‘reality show’ di mana seorang ibu telah mempertaruhkan segala kemampuannya, bahkan nyawanya sekalipun demi melahirkan anaknya.. Dan dengan segala puncak rasa sakit, yang saya yakini, pasti sebuah rasa sakit yg belum pernah saya rasakan bahkan mungkin, setengah dari rasa sakit itu pun belum pernah aku kenal.. Subhanallah..

Gimana ngga ‘segala puncak rasa sakit’.. Lha wong saya pernah ”kededelen” yang e’eknya hanya sebesar lengan bayi aja, suaakitnya ngadubilahi koq.. Suakit perut, trus lubang anus pueriiiiiiih rasanya kaya’ mau pecah tercabik2… Lha terus kalo yang mau keluar tuh sebesar kepala bayi, trus kaya apaaaaaa rasanyaa??? Ngga bisa bayangin aku…

Coba temen2 bayangkan apa yang saya saksikan.. Bayangkan.. Bayangkan sakitnya..
Benda sebesar kepala bayi keluar melalui ‘wilayah’ yang sangat amat sensitif..udah suaaakit karena nahan sekaligus mendorong agar bayi bisa keluar melalui lubang kecil yg sangat sensitif.. Ditambah lagi, ‘wilayah’ sensif itu disobek menggunakan gunting oleh dokter, katanya itu bertujuan agar ‘lubang sensitif’ tidak pecah berantakan karena ngga muat dilalui kepala bayi..

Bayangin, misalnya ‘alatmu’ yang paling sensitif disobek pakai gunting..apa ngga suuuuaaaakiiit poooool.. Lha ini, aku sampai sekarang ngga bisa mbayangin suakitnya melahirkan, lha wong aku lihat waktu itu itya sampai tidak menghiraukan rasanya ‘pemotongan’ itu.. Dia sibuk dengan menahan rasa sakit karena mau melahirkan dan berusaha mengejan mendorong2 supaya anisya cepet keluar.. Subhanallah..

Tau ngga, setelah bergulat dengan segala rasa sakit dan juga ‘ritual penyobekan’ itu.. Setelah anisya lahir.. Trus nangis, lalu dibersihkan oleh susternya.. Sang ibu, si itya..langsung tersenyum menyambut si anisya.. seolah dia sudah lupa dengan segala sakit..lupa dengan segala teriakannya ketika menahan sakit selama bergulat dengan maut, yang akhirnya dia menangkan..subhanallah.. Dari melihat ‘reality show’ itu aku menjadi sangat meyakini kebenaran lagu yg diajarkan waktu kita kanak2.. “kasih ibu kepada anaknya, emang tidak terhingga..”

Di situ, di pojok tempat tidur melahirkan.. Saya bisa melihat, betapa durhakanya seorang anak, jika kemudian dia melukai hati ibunya.. Seorang itya, yang telah merelakan semua yang ada padanya.. Merelakan menanggung segala sakit yang belum pernah saya ketahui rasanya.. Demi hadirnya kehidupan anisya..

Di situ, di pojok tempat tidur melahirkan.. Aku jadi teringat akan ibu-ku..yang juga telah merelakan untuk sakit yang sangat amat buat aku, seperti yang itya rasakan untuk kelahiran anisya..

Aku menjadi sangat amat menyesal,
kadang aku masih mengecewakan ibu-ku..
Kadang aku masih suka mengeluh kalo ibuku titip pesenan macem2..
Kadang aku masih suka jengkel kalo ibuku minta buah2an langsung ke sopirku..
Kadang aku masih suka marah kalo ibuku minta duit tiket pesawat..

Padahal.. Itu semua, belum seujung kuku kakiku, jika dibandingkan dengan nyawa yang telah ibu pertaruhkan demi kelahiranku.. belum seberapanya, dan juga takkan bisa menggantikan rasa sakit yang beliau rasakan saat kelahiranku.. Apalagi jika dihitung pula capek dan sakitnya menyusui dan mengurusi aku setelah dilahirkan..
Apalagi jika dibandingkan dengan susah payah mengajariku berdiri..
Apalagi jika disamakan dengan bosannya mengajariku bicara..

Ibu.. Maafkan aku…

Nanti bersambung lagi yes… >> Part 3: Ketika Surga ‘Memang seharusnya’ di Bawah Telapak Kaki Ibu.. (tammat..)

5,529 thoughts on “Ketika Surga ‘memang seharusnya’ di bawah Telapak kaki ibu.. (bagian dua)